LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIOLOGI
TANAMAN (TAN 104)
Acara
Praktikum : Plasmolysis dan Deplasmolysis
Nama : ERMADI
NIM/Kelas
: 15.04.034 / BTP D III A
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III
POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2015
I.
Judul
“Plasmolysis dan
Deplasmolysis”
II.
Tujuan
Tujuan dari
praktikum Plasmolysis dan Deplasmolysis antara lain;
1.
Mengetahui
pengaruh kepekatan larutan di luar sel terhadap sel
2.
Menemukan
fakta tentang gejala plasmolysis
3.
Menunjukan
faktor-faktor penyebab plasmolysis
4.
Mendeskripsikan
peristwa plasmolysis
III.
Tinjauan
Pustaka
Plasmolisis adalah
suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya
sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992).Plasmolisis menunjukkan
bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat , artinya suatu zat
/materi bisa keluar dari sel , dan bisa masuk melalui membrannya .Adanya
sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam , tetapi dinamis dengan
lingkungannya , jika memerlukan materi dari luar maka ia harus ambil materi itu
dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan
sehingga materi dari luar itu bisa masuk.
Menurut
Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutaitun gula, maka arah gerak
air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di
dalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke
potensial air yang lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih
rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan
menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang
dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan membran dan sitoplasma
akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke
dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan
maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran
protoplasma dan sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan
gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan
tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan itu berarti ruang bening
diantara dinding dengan protoplas diisi udara Jika isinya air murni maka sel
tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui
benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.
Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya
lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan
mudah (Salisbury, 1995).
protoplsma dapat Keadaan menahan volume vakuola agar
tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan
berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti
ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan
yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena
tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis
insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan
dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992)
Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan
nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan
hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan
dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan
potensial tekanan (Wilkins, 1992)
IV.
Metodologi
a.
Bahan
dan Alat
Bahan :
Daun Rhoe discolor
Alat :
1). Microskop
2). Kaca preparat dan penutup
3). Petridisk
4). Larutan Sukrosa
5). Silet
6). Air murni
b.
Cara
Kerja
Langkah pertama:
1.
Menyiapkan
tiga petridisk, petridisk pertama diisi dengan larutan sukrosa dengan molaritas
0,1 M, petridisk yang kedua diisi dengan larutan sukrosa dengan molaritas 1,25
M dan petridisk ketiga diisi dengan air murni 10 ml.
2.
Membuat
beberapa sayatan epidermis pada daun Rhoe
discolor. Bagian yang disayat adalah bagian daun yang berwarna ungu.
Usahakan setipis mungkin saat menyayat.
3.
Ambil
salah satu sayatan dan diletakan pada kaca preparat dan langsung ditutup dengan
kaca penutup. Setelah itu kaca preparat diletakkan di microskop lalu tinggal
mengamati sel sel dari daun Rhoe
discolor.
4.
Langkah
ini dinamankan tahap kontrol atau masih
dalam kondisi sel asli dari daun.
Langkah
kedua:
1.
Masukan
sayatan daun Rhoe discolor kedalam petridisk yang berisi larutan sukrosa 0,1 M
dan 0,25M. Diamkan selama kurang lebih 10 menit.
2.
Setelah
10 menit ambil salah satu sayatan yang direndam dalam petridisk dan amatilah
dengan mikroskop. Lakukan pengamatan ini secara bergantian antara yang direndam
dalam larutan sukrosa 0,1 M dan 0,25 M.
3.
Setelah
selesai mengamati tulislah data yang
diperolah dari kedua pengamatan
tersebut.
Langkah ketiga:
1.
Masukan
sayatan yang telah diamati ke dalam petridisk yang berisi air. Diamkan selama
10 menit.
2.
Setelah
10 menit ambil lagi sayatan tersebut dan amati di mikroskop.
3.
Tulis
data yang diperoleh dari pengamatan tersebut.
V.
Hasil
dan Pembahasan
Jika sel
tumbuhan di masukan ke dalam larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel
tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan terger, sehingga menyebabkan
terjadinya proses plasmolisis, tekanan terus berkembang sampai di suatu titik
dimana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak
antara dinding sel dan membrane. Ada beberapa mekanisme didalam sel tumbuhan
untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat
dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipertonik. Dimana plasmolisis adalah
proses pengkerutan protoplasma dan diikuti dengan penarikan sitoplasma dari
dinding sel karena gerakan air keluar sel yang disebabkan oleh osmosis.
Dari percobaan plasmolisis dan deplasmolysis sel rhoe
discolor didapatkan hasil sebagai berikut pada konsentrasi 0,1 M warna sel daun
yang tadinya berwarna ungu pekat menjadi terlihat memudar tetapi belum
seluruhnya memudar, ada bagian tengah
sel yang masih berwarna ungu. untuk konsentrasi 0,25 M, warna sel epidermis
pada daun lebih memudar dibandingkan dengan konsentrasi 0,1 M karena
konsentrasinya lebih besar jadi tingkat plasmolisisnya juga lebih besar.
Pada pengamatan hasil menurut literature, “semakin
rendah konsentrasi suatu bahan dari lingkungan lainnya, semakin mudah sel itu
berplasmolisis, dalam percobaan didapatkan pembuktian bahwa sel daun rhoea
discolor sebelum direndam ungu dan air dalam sel itu bergabung dengan larutan
glukosa, sehingga air di dalam sel itu habis sehingga menyebabkan sel berkerut
dan terlihat pada mikroskop kerutan sel yang tidak berwarna lagi. Jika
dibandingkan dengan literature yang ada, didapatkan hasil tidak sesuai dengan
literature, seharusnya larutan dengan konsentrasi rendah akan memiliki persen
sel yang terplasmolisis lebih rendah (kecil) dan larutan dengan konsentrasi
rendah akan memiliki persentase yang terplasmolisis rendah (kecil) dan larutan
dengan konsentrasi besar, begitupun dengan sebaliknya. Hubungan konsentrasi
dengan plasmolisis. Sel yang berada pada keadaan lingkungan hipertonik yaitu
konsentrasi tinggi menjadi semakin tinggi yaitu konsentrasi suatu bahan semakin
banyak sel yang terplasmolisis karena konsentrasi di dalam sel daun rhoeo
discolor lebih rendah dari lingkungan larutan sukrosa yang konsentrasinya lebih
tinggi, air dalam sel terosmosis keluar sel dan hanya tinggal bagian – bagian
dari pengamatan yang ada pada sampel.
Adapun alasan perlakuan dari percobaan yaitu daun rhoea
discolor diiris sedikit tipis agar pada perendaman pada sukrosa tidak mudah terplasmolisis.
Rhoeo discolor diamati sebelum krendaman supaya dapat dijadikan pembanding sel
saat sudah perendaman. Irisan rhoeo discolor direndam selama 10 menit, supaya
proses plasmolisis sel berlangsung dengan maksimal, kemudian diamati kembali
agar dapat membedakannya dengan sampel sebelum direndam pada percobaan, dan
rhoeo discolor digunakan karena kandungan pigmennya relative tinggi dan jelas
hingga ke dalam struktur selnya, juga karena mempunyai kepadatan yang tinggi.
VI.
Kesimpulan
Dari pengamatan terhadap sel epidermis daun rhoe discolor dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1.
Sel
daun yang diberi konsentrasi sukrosa akan mengalami dehidrasi atau kekurangan
air hal inilah yang disebut dengan plasmolysis
2.
Tingkat
konsentrasi pada larutan sukrosa juga sangat berpengaruh terhadap tingkat
plasmolysis pada daun, semakin besar konsentrasi sukrosa semakin besar pula
tingkat plasmolysis yang terjadi pada daun.
3.
Daun
yang telah kekurangan air atau telah terplasmolisis bisa kembali dalam keadaan
semula yaitu dengan cara memberi perlakuan dengan merendam dengan air. Hal
inilah yang disebut dengan deplasmolysis.
DAFTAR PUSTAKA
Bresnick,stephen.2003.Intisari Biologi.Jakarta : Hipokrates
Dwidjoseputro.1955.Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:Erlangga
Salisbury & Ros.1995.Fisiologi Tumbuhan Jilid Satu edisi keempat.Bandung:ITB
Suyitno.2014.Petunjuk Praltikum Fisiologi Tumbuhan.Yogyakarta :FMIPA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar