Kamis, 05 November 2015

plasmolisis



LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TANAMAN (TAN 104)
Acara Praktikum : Plasmolysis dan Deplasmolysis






Nama             : ERMADI
NIM/Kelas    : 15.04.034 / BTP D III A






BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D III
POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2015
I.              Judul
“Plasmolysis dan Deplasmolysis”

II.           Tujuan
Tujuan dari praktikum Plasmolysis dan Deplasmolysis antara lain;
1.             Mengetahui pengaruh kepekatan larutan di luar sel terhadap sel
2.             Menemukan fakta tentang gejala plasmolysis
3.             Menunjukan faktor-faktor penyebab plasmolysis
4.             Mendeskripsikan peristwa plasmolysis

III.        Tinjauan Pustaka
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992).Plasmolisis menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat , artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel , dan bisa masuk melalui membrannya .Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam , tetapi dinamis dengan lingkungannya , jika memerlukan materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk.
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutaitun gula, maka arah gerak air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan itu berarti ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
protoplsma dapat Keadaan menahan volume vakuola agar tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992)
Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992)
IV.        Metodologi
a.              Bahan dan Alat
Bahan       :    Daun Rhoe discolor
Alat          :    1). Microskop
 2). Kaca preparat dan penutup
 3). Petridisk
 4). Larutan Sukrosa
 5). Silet
 6). Air murni
b.             Cara Kerja
Langkah pertama:
1.             Menyiapkan tiga petridisk, petridisk pertama diisi dengan larutan sukrosa dengan molaritas 0,1 M, petridisk yang kedua diisi dengan larutan sukrosa dengan molaritas 1,25 M dan petridisk ketiga diisi dengan air murni 10 ml.
2.             Membuat beberapa sayatan epidermis pada daun Rhoe discolor. Bagian yang disayat adalah bagian daun yang berwarna ungu. Usahakan setipis mungkin saat menyayat.
3.             Ambil salah satu sayatan dan diletakan pada kaca preparat dan langsung ditutup dengan kaca penutup. Setelah itu kaca preparat diletakkan di microskop lalu tinggal mengamati sel sel dari  daun Rhoe discolor.
4.             Langkah ini dinamankan tahap  kontrol atau masih dalam kondisi sel asli dari daun.
Langkah  kedua:
1.             Masukan sayatan daun Rhoe discolor kedalam petridisk yang berisi larutan sukrosa 0,1 M dan 0,25M. Diamkan selama kurang lebih 10 menit.
2.             Setelah 10 menit ambil salah satu sayatan yang direndam dalam petridisk dan amatilah dengan mikroskop. Lakukan pengamatan ini secara bergantian antara yang direndam dalam larutan sukrosa 0,1 M dan 0,25 M.
3.             Setelah selesai mengamati  tulislah data yang diperolah dari kedua pengamatan  tersebut.
Langkah ketiga:
1.             Masukan sayatan yang telah diamati ke dalam petridisk yang berisi air. Diamkan selama 10 menit.
2.             Setelah 10 menit ambil lagi sayatan tersebut dan amati di mikroskop.
3.             Tulis data yang diperoleh dari pengamatan tersebut.

V.           Hasil dan Pembahasan
 Jika sel tumbuhan di masukan ke dalam larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan terger, sehingga menyebabkan terjadinya proses plasmolisis, tekanan terus berkembang sampai di suatu titik dimana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membrane. Ada beberapa mekanisme didalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipertonik. Dimana plasmolisis adalah proses pengkerutan protoplasma dan diikuti dengan penarikan sitoplasma dari dinding sel karena gerakan air keluar sel yang disebabkan oleh osmosis.
Dari percobaan plasmolisis dan deplasmolysis sel rhoe discolor didapatkan hasil sebagai berikut pada konsentrasi 0,1 M warna sel daun yang tadinya berwarna ungu pekat menjadi terlihat memudar tetapi belum seluruhnya  memudar, ada bagian tengah sel  yang masih berwarna ungu.  untuk konsentrasi 0,25 M, warna sel epidermis pada daun lebih memudar dibandingkan dengan konsentrasi 0,1 M karena konsentrasinya lebih besar jadi tingkat plasmolisisnya juga lebih besar.
Pada pengamatan hasil menurut literature, “semakin rendah konsentrasi suatu bahan dari lingkungan lainnya, semakin mudah sel itu berplasmolisis, dalam percobaan didapatkan pembuktian bahwa sel daun rhoea discolor sebelum direndam ungu dan air dalam sel itu bergabung dengan larutan glukosa, sehingga air di dalam sel itu habis sehingga menyebabkan sel berkerut dan terlihat pada mikroskop kerutan sel yang tidak berwarna lagi. Jika dibandingkan dengan literature yang ada, didapatkan hasil tidak sesuai dengan literature, seharusnya larutan dengan konsentrasi rendah akan memiliki persen sel yang terplasmolisis lebih rendah (kecil) dan larutan dengan konsentrasi rendah akan memiliki persentase yang terplasmolisis rendah (kecil) dan larutan dengan konsentrasi besar, begitupun dengan sebaliknya. Hubungan konsentrasi dengan plasmolisis. Sel yang berada pada keadaan lingkungan hipertonik yaitu konsentrasi tinggi menjadi semakin tinggi yaitu konsentrasi suatu bahan semakin banyak sel yang terplasmolisis karena konsentrasi di dalam sel daun rhoeo discolor lebih rendah dari lingkungan larutan sukrosa yang konsentrasinya lebih tinggi, air dalam sel terosmosis keluar sel dan hanya tinggal bagian – bagian dari pengamatan yang ada pada sampel.
Adapun alasan perlakuan dari percobaan yaitu daun rhoea discolor diiris sedikit tipis agar pada perendaman pada sukrosa tidak mudah terplasmolisis. Rhoeo discolor diamati sebelum krendaman supaya dapat dijadikan pembanding sel saat sudah perendaman. Irisan rhoeo discolor direndam selama 10 menit, supaya proses plasmolisis sel berlangsung dengan maksimal, kemudian diamati kembali agar dapat membedakannya dengan sampel sebelum direndam pada percobaan, dan rhoeo discolor digunakan karena kandungan pigmennya relative tinggi dan jelas hingga ke dalam struktur selnya, juga karena mempunyai kepadatan yang tinggi.
VI.        Kesimpulan
Dari pengamatan terhadap  sel epidermis daun rhoe discolor dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.             Sel daun yang diberi konsentrasi sukrosa akan mengalami dehidrasi atau kekurangan air hal inilah yang disebut dengan plasmolysis
2.             Tingkat konsentrasi pada larutan sukrosa juga sangat berpengaruh terhadap tingkat plasmolysis pada daun, semakin besar konsentrasi sukrosa semakin besar pula tingkat plasmolysis yang terjadi pada daun.
3.             Daun yang telah kekurangan air atau telah terplasmolisis bisa kembali dalam keadaan semula yaitu dengan cara memberi perlakuan dengan merendam dengan air. Hal inilah yang disebut dengan deplasmolysis.








DAFTAR PUSTAKA

Bresnick,stephen.2003.Intisari Biologi.Jakarta : Hipokrates
Dwidjoseputro.1955.Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:Erlangga
Salisbury & Ros.1995.Fisiologi Tumbuhan Jilid Satu edisi keempat.Bandung:ITB
Suyitno.2014.Petunjuk Praltikum Fisiologi Tumbuhan.Yogyakarta :FMIPA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar